Dalam
dunia politik mempunyai indikasi mengenai kekuasaan, dalam mencari kekuasaan di
dunia politik tidak hanya berkutat pada strategi, maupun kekuasaan itu. Dalam
dunia politik dibutuhkan juga sebuah sifat yang dimiliki setiap individu. Sifat
tersebut salah satunya yang penting adalah kepemimpinan. Kepemimpinan ini yang
kemudian nantinya akan bisa mengantarkan seseorang untuk mencapai kekuasaan.
Kita mengetahui bahwa kepemimpinan yang dimiliki setiap individu memiliki ciri
masing – masing. Seperti tokoh pemimpin dunia yang ciri khasnya masing – masing
dalam memimpin. Seperti contoh Presiden Pertama Indonesia yaitu Ir. Soekarno
yang dikenal sebagai pemimpin yang kharismatik dan menjadi penyambung lidah
rakyat. Ada pemimpin yang seperti Mahatma Gandhi yang berjuang dengan cara
kedamaian. Mengingat perkuliahan kelas Kepemimpinan, seperti apa yang dikatakan
dosen kala itu, bahwa setiap pemimpin yang mempunyai ciri khasnya tersebut
memiliki satu hal penting dalam memperjuangkan sesuatu tersebut, dan dapat
menjadi ciri khas setiap pemimpin itu, satu khas tersebut merupakan sebuah konsistensi.
Pada
kesempatan kali ini penulis ingin menulis mengenai kepemimpinan yang ada di
negeri ini, khususnya pada sosok presiden Republik Indonesia ke – 7. Pemimpin
negeri ini saat ini adalah Joko Widodo, Presiden Joko Widodo menjadi Presiden
Republik Indonesia sejak 2014 – 2019 yang kemudian telah dipastikan bahwa pada
periode mendatang tahunn 2019 – 2024 akan mencalonkan kembali menjadi Presiden Republik
Indonesia. Sebelumnya diperiode pertama kita mengetahui bahwa Presiden Joko
Widodo saat itu berpasangan dengan Jusuf Kalla yang kemudian mempunyai lawan
politik yaitu Prabowo Subianto dengan pasangannya yaitu Hatta Rajasa.
Mencoba
memahami mengenai pemimpin Indonesia saat ini yang memiliki nama lengkap Ir. H.
Joko Widodo atau biasa yang disebut dengan Jokowi lahir pada tanggal 21 Juni
1961 di Kota Surakarta. Saat ini Presiden Jokowi selalu didampingi oleh
istrinya jika melakukan kunjungan kerja Presiden yaitu Ibu Iriana Joko Widodo
yang kemudian memiliki anak yang bernama Gibran Rakabuming Raka, Kaesang
Pangarep dan Kahiyang Ayu (Wink, 2018).
Rekam Jejak
Walikota Solo
Sebelum menjadi Presiden, sosok Joko Widodo merupakan
seorang penguasaha mebel di Kota Solo. Memang sebelum menjadi seorang yang
terjun pada dunia politik pada saat itu menjadi pengusaha mebel yang kemudian
dikatakan bahwa pada paruh dasawarsa 1990-an menjadi masa yang menjadi sebuah
angin segar Jokowi di dunia bisnis. Saat itu dinilai lancarnya urusan bisnis
mebelnya yang kemudian ada pada zona aman. Ekspor stabil, dan kebutuhan yang
ada di Solo maupun di wilayah Jawa lainnya juga stabil. Saat itu meski usahanya
meningkat dan lancar, diakui bahwa Jokowi tidak merasa lega karena melihat
masyarakat saat itu sengsara dan situasi dinilai ironis karena saat itu pasca
krisis moneter. Dilain sisi mirisnya saat itu adalah kota Solo yang dikenal
sebagai kota cagar budaya dengan masyarakatnya yang dinilai penghasil karya
seni memiliki realita yang miris yaitu masyarakat – masyarakat saat itu hidup
susah. Selain itu ada hal yang miris terjadi juga di Kota Solo yaitu sebagai
salah satu kota wisata popular di Indonesia, sudut kota tidak terawat, kemudian
hotel tidak ramai dan tidak laku, kemudian potensi wisata dinilai mati suri,
tidak luput juga bahwa keagungan Solo seakan surut. Kemudian dari latar
belakang itu terdoronglah rasa sosial dari Jokowi untuk membentuk organisasi
yang mempayungi pengrajin dan pengusaha mebel di Solo. Dari hal ini kemudian
mulai terjunnya Joko Widodo pada dunia politik yang sebelumnya tidak pernah
terpikirkan oleh Joko Widodo.
Organisasi yang diprakarsai oleh Joko Widodo saat itu
adalah pembukaan cabang Asmindo, Asmindo merupakan organisasi yang berisi orang
– orang pedagang mebel yang kemudian menaungi pedagang mebel di seluruh
Indonesia dan lebih dari 140 pengusaha mebel dan kerajinan di Solo. Organisasi
itu bermula pada 11 Juli 2002 dan saat itu Jokowi menjadi ketuanya. Dimulai
dari berkecimpungnya Jokowi di organisasi Asmindo tersebut mulai dilirik oleh orang
– orang politik yang kemudian juga menjadi suatu pendorong dari internal
Asmindo untuk Jokowi maju untuk menjadi Walikota Surakarta.
Pada tahun
2005, dorongan kepada Jokowi untuk menjadi calon wali kota Solo semakin kuat,
dan pada saat itu meskipun tetap menolak dorongan masih tetap kuat untuk Jokowi
maju pada pencalonan walikota Solo. Pada akhirnya saat itulah Jokowi merasa
mendapat panggilan setelah melakukan Sholat istikhrah yang meminta petunjuk ke
Allah. Pada akhirnya keputusan matang telah dibuat oleh Jokowi dan akhirnya
maju dalam pencalonan walikota Solo. Proses pencalonan begitu cepat yang
kemudian Tim Asmindo menjadi penggerak dan bergerak secara agresif dan telah
mempersiapkan dengan matang agar Jokowi terpilih. Hasilnya pada Pilkada Solo
2005, Jokowi diusung oleh PDIP yang kemudian didampingi Rudy membawa hasil pada
Pilkada Solo 27 Juni 2005 pasangan Jokowi – Rudy unggul lebih dari 37 persen
suara.
Gubernur DKI Jakarta
Setelah berhasil memimpin
kota Solo, nama Jokowi kemudian menjadi popular dipolitik Nasional. Nama sosok
pemimpin itu menjadi semakin terdengar diberita media nasional, hingga kemudian
hari terdapat bursa pencalonan Gubernur DKI Jakarta nama Jokowi menjadi bursa
untuk maju menjadi calon Gubernur DKI Jakarta. Melansir tulisan dari Wink
(2018) saat itu salah satu yang menginginkan Jokowi untuk maju pada bursa
Pilkada DKI Jakarta adalah Jusuf Kalla. Jusuf Kalla yang saat itu adalah tokoh
Partai Golkar dan sekaligus mantan Wakil Presiden. Meskipun saat itu Jokowi
dikatakan menolak pada akhirnya menerima dari penawaran untuk maju pada Pilkada
Gubernur DKI Jakarta.
Pada Pilkada Gubernur DKI Jakarta saat itu tepatnya pada
tahun 2012, Jokowi mendapat dukungan dari PDIP dan Partai Gerindra. PDIP yang
berada pada pimpinan Megawati Soekarno Putri dan Gerindra dibawah pimpinan
Prabowo Subianto sepakat untuk mengusung Bapak Joko Widodo untuk maju dalam
pencalonan Gubernur DKI Jakarta yang kemudian saat itu dipasangkan dengan
Basuki Tjahaja Purnama atau biasa disebut dengan Ahok. Pada saat itu ketika
maju putaran Pilkada Gubernur DKI Jakarta, pasangan Jokowi – Ahok dinilai tidak
terlalu unggul bahkan tidak diunggulkan oleh Lembaga surveii. Namun pada
akhirnya pasangan ini bisa mengimbangi suara dari petahana yaitu Fauzi Bowi
yang kemudian mendapatkan hasil suara selisih yang tipis dengan begitu
dilakukanlah putaran kedua. Diputaran kedua pasangan Jokowi – Ahok akhirnya
memenangkan putaran, kemudian berhasil mendapatkan kursi Gubernur dan Wakil
Gubernur DKI Jakarta.
Menjadi Gubernur DKI Jakarta memang lebih berat daripada
menjadi Walikota Solo hal ini tidak menyulutkan sifat kepemimpinan Jokowi, yang
kemudian tetap melanjutkan kinerjanya sesuai apa yang telah dikampanyekan saat
itu. Seperti contoh perbaikan irigasi, karena Jakarta dinilai sering terjadi
banjir, kemudian penataan PKL, hingga transportasi yang menjadi masalah di
ibukota tersebut. Kemudian yang terkenal dari kebijakan ketika kampanye dan
teralisasi adalah ketika adanya pembuatan Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta
Pintar, kemudian juga menata birokrasi DKI dengan menggunakan sistem lelang
jabatan. Dengan banyak realisasi yang telah dilakukan oleh Jokowi dan Ahok, hal
ini dinilai banyak masyarakat Jakarta yang puas dengan kebijakan dan program
tersebut.
Belum genap sampai akhir kepengurusan masa jabatan
Gubernur, Jokowi akhirnya mendapatkan mandate dari Megawati Soekarno Putri
untuk maju pada Pencalonan Presiden Republik Indonesia.
Presiden Republik Indonesia
Memang belum genap
sampai akhir masa jabatan yang telah didapatkan oleh Jokowi, akhirnya Megawati
memberikan mandat untuk maju sebagai Calon Presiden Republik Indonesia tahun
2014. Pada tahun 2014 yang kala itu akhirnya Jokowi maju sebagai calon Presiden
Republik Indonesia berpasangan dengan Jusuf Kalla. Pada saat itu pengumuman
Jokowi sebagai Calon Presiden Republik Indonesia berada pada tepatnya di rumah
Si Pitung dengan mencium Bendera Merah Putih. Deklarasi resminya tepatnya
dilakukan di Gedung Juang 45. Majunya Jokowi menjadi Calon Presiden Republik
Indonesia saat itu didukung oleh empat partai pengusungnya yaitu PDIP, Partai
NAsDem, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Hanura.
Bulan Juli 2014 menjadi suatu peristiwa sejarah yang
besar dalam hidup Joko Widodo, karena pada saat itu KPU Indonesia mengumumkan
hasil perhitungan suara yang kemudian menyatakan pasangan Jokowi – Jusuf Kalla
menang dalam Pemilu Presiden Republik Indonesia dan saat itu berhasil
mengalahkan pasangan Prabowo Subianto – Hatta Rajasa dengan memperoleh suara
sebesar 53,15% atau 70.997.833 suara. Kemenangan ini kemudian mendapatkan
protes dari pasangan Prabowo – Hatta yang kemudian menggugat perolehan suara tersebut.
Rejeki tidak kemana, akhirnya tetap kemenangan miliki pasangan Jokowi – Jusuf Kalla sehingga Jokowi resmi
menjadi Presiden Republik Indonesia dan menjadi Presiden Republik Indonesia ke
– 7. Pelantikan ini dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2014 di Gedung DPR/MPR
RI.
Joko Widodo, sosok yang sederhana yang memiliki karir
politik yang sangat melejit, dalam waktu kurang dari 10 tahun, beliau dapat
melaju cepat hingga menjadi orang nomor satu di Republik Indonesia, hingga pada
saat itu majalah TIME menjadikan wajah Jokowi sebagai cover dari majalah TIME
dan menyebut Jokowi sebagai ‘Person of
the Year’. Selain itu Jokowi didapuk menjadi salah satu pemimpin terbaik di
dunia. Berjalannya waktu, Kabinet Kerja yang dibangun Jokowi memasuki babak
akhir masa jabatan dan kemudian dilanjutkan untuk Jokowi maju kembali pada
putaran Pemilu Presiden Republik Indonesia pada tahun 2019, pada tahun 2019
besok Jokowi berpasangan dengan seorang ulama yaitu K.H Ma’ruf Amin sebagai
calon Wakil Presiden Indonesia pada pilpres 2019 mendatang.
Sifat atau Gaya Kepemimpinan
Melihat definisi
kepemimpinan menurut Fiedler, kepemimpinan merupakan suatu proses
kemampuan seseorang pemimpin untuk melakukan pengaruhnya tergantung dengan
situasi tugas kelompok dan tingkat pada gaya kepemimpinannya, kepribadian, dan
pendekat yang dianggap sesuai dengan kelompoknya. Selain itu kepemimpinan dalam
secara umumnya dapat digambarkan bahwa suatu kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang yang dipimpin. Dengan hal ini nantinya akan memiliki sifat
dan gaya kepemimpinannya masing – masing.
Joko Widodo adalah seorang pemimpin yang saat ini
menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia ke – 7. Dalam kurang dari 10 tahun
Jokowi yang menitih karirnya dari Walikota Solo, DKI Jakarta hingga menjadi Presiden
Republik Indonesia dikenal sebagai pemimpin yang sederhana, bersahaja, apa
adanya, tidak aneh – aneh, dekat dengan rakyat, dan yang saat itu menjadi suatu
ciri khas dari Jokowi dan menonjol dari beliau adalah gaya “blusukan” yang
dianggap bisa dekat dengan rakyat dan menjadi mengerti apa yang sedang menjadi
masalah dimasyarakat.
Selain dikenal menjadi sosok yang sederhana, Jokowi
dikenal dengan gaya tegasnya, seperti saat itu terjadi di Solo saat menjabat
Walikota, Jokowi mengetahui bahwa Sekolah Dasar Negeri memungut uang masuk
sampai dengan Rp 1.500.000 kemudian hal itu membuatnya geram dan langsung
mendatangi sekolah tersebut dengan mengendarai sepeda motor serta pakaian yang
biasa kemudian mengancam sekolah tersebut jika sampai ada pungutan maka kepala
sekolah akan diganti saat itu juga, bahkan juga ketika menjabat Walikota
Solo, Jokowi dikatakan tidak pernah
mengambil gajinya karena beliau menilai masih ada orang lain yang lebih
membutuhkan uang gajinya tersebut (Ramdhani, 2015).
Dari keberhasilan memerintah Solo, gaya “blusukan”
dikenal hingga kancah nasional, terang saja ketika maju sebagai Calon Gubernur
DKI Jakarta Jokowi bisa menang dengan tetap membawa gaya kepemimpinannya yang
sederhana dan blusukan. Selain itu ketika menjadi Calon Presiden Republik
Indonesia, gaya kepemimpinan tersebut masih melekat pada diri Jokowi hingga
akhirnya dapat memenangkan putaran Pemilu Presiden Republik Indonesia.
Situasi yang Dihadapi
Situasi politik yang
dihadapi ketika Jokowi menjadi pemimpin memang cukup sangat banyak, dari ketika
menjabat Walikota Solo Jokowi pernah menghadapi perselisihan dengan Gubernur
Jawa Tengah saat itu, ketika adanya penolakan Jokowi terhadap rencana pembangunan
bekas pabrik es Saripetojo Purwosari untuk dijadikan pusat perbelanjaan modern.
Penolakan ini karena tidak sesuai dengan apa yang telah ditata terlebih tata
ruang bangunan bekas pabrik es tersebut masuk dalam cagar budaya. Selain itu
situasi yang pernah dihadapi Jokowi ketika menjabat Walikota Solo, Jokowi
pernah mengeluarkan kebijakan mobil Esemka karya siswa SMK Surakarta, Jokowi
saat itu mempromosikan mobil tersebut dan juga membeli mobil Esemka tersebut
dan memakainya sebagai kendaraan dinas. Selain dari hal itu prestasi yang
didapat dan situasi saat itu Jokowi bahkan pernah masuk salah satu koran yang
terbit di Amerika Serikat, New York times, yang berjudul “In Indonesia, a
Governor at Home on the Streets”. Karena kebiasaan blusukannya, Jokowi kerap
turun ke jalan dan dekat dengan masyarakatnya. Disatu sisi, World Bank pada
tahun 2011 dalam buku Doing Bussiness in Indonesia 2010, Kota Solo mendapatkan
peringkat kedua dalam hal kemudahan memulai bisnis, peringkat kesembilan dalam
hal kemudahan memulai bisnis, peringkat ke sembilan dalam hal kemudahan
perizinan pembangunan, dan peringkat ke – 13 dalam hal pendaftaran proterti
(Reza Langi, 2014).
Pada saat memimpin DKI Jakarta, sebagai calon yang
melawan petahana Jokowi saat itu menghadapi situasi politik yang begitu sulit
karena melawan petahana, sehingga memaksa petahana untuk melakukan pilkada
dengan dua putaran. Jokowi saat itu maju sebagai Gubernur Jakarta diusung oleh
PDIP (Megawati Soekarno Putri) dan Partai Gerindra (Prabowo Subianto) yang kemudian
Prabowo menjadi musuh politiknya ketika maju sebagai Calon Presiden Republik
Indonesia. Pada saat menjabat Gubernur DKI Jakarta gaya blusukan Jokowi masih
digunakan dan menjadi ciri khasnya, kemudian dalam implementasi program Jokowi
saat di Jakarta yang melejit adalah ketika menerbitkan Kartu Jakarta Sehat dan
Kartu Jakarta Pintar. Namun, Jokowi juga dikritik karena tidak mematuhi atau
menepati janjinya untuk menyelesaikan masa jabatannya ketika menjabat Guberjur
DKI Jakarta.
Ketika menjadi Presiden Republik Indonesia, Jokowi memang
mendapatkan situasi politik yang sangat deras, wajar karena semakin tinggi
pohon semakin kencang angina yang berhembus. Sebagai orang nomor satu di
Indonesia, Jokowi juga sering disorot entah perilaku maupun kebijakan yang diambil.
Salah satu hal yang menjadi sorotan kala itu ketika mengangkat HM Prasetyo
sebagai Jaksa Agung. HM Prasetyo saat itu dinilai belum memiliki pengalaman
cukup di kejaksaan terlebih saat itu pernah terdaftar sebagai anggota partai
politik dengan itu menjadi sebuah sorotan karena dianggap sebagai titipan
partai politik.
Situasi yang berkembang
saat ini ketika banyaknya isu SARA yang merebak di Nusantara yang kemudian
menjadi tugas berat Jokowi karena seakan Indonesia terpecah menjadi dua kubu
yang beda pandangan politik akibat dari adanya politisasi SARA yang mencuat
akibat kasus Ahok saat itu yang diduga atau sudah didakwah penista agama. Serta
saat ini Jokowi menghadapi situasi dimana Jokowi akan maju pada Pemilihan
Presiden Republik Indonesia pada tahun 2019 dengan didampingi oleh K.H Ma’aruf
Amin, sebelumnya kabar mencuat pasangannya adalah Mahfud M.D. Jokowi juga
menghadapi Koalisi gemuk, karena koalisi yang mengusung Jokowi menjadi Calon
Presiden tahun 2019 – 2024 diusung banyak partai dibandingkan lawan politiknya.
Sehingga hal itu
menjadi tantangan tersendiri akan berjalannya koalisi nantinya dimasa
pemerintahan mendatang jika Jokowi – Ma’ruf Amin menang dalam putaran pemilihan
Presiden 2019 -2024.
Daftar
Pustaka
Detiknews. 2014. Kisah Awal Jokowi Terjun ke
Dunia Politik. [online] Tersedia di: https://news.detik.com/berita/2645557/kisah-awal-jokowi-terjun-ke-dunia-politik
Wink. 2018. Biografi Jokowi (Joko Widodo)
Presiden Indonesia Ketujuh. [online] Tersedia di: https://www.biografiku.com/biografi-jokowi-joko-widodo-presiden-indonesia-ketujuh/#forward
Ramdhani, Lany E. 2015. Fenomena Kepemimpinan
Fenomenal. Jurnal Borneo Administrator/vol 11/No. 3
Panjaitan, Dahlan. 2015. REVIEW 100 HARI KEPEMIMPINAN
PRESIDEN JOKO WIDODO TERHADAP KEBIJAKAN EKONOMI POLITIK INDONESIA DI MATA
INTERNASIONAL. Jom Fisip Tersedia di: https://media.neliti.com/media/publications/32620-ID-review-100-hari-kepemimpinan-presiden-joko-widodo-terhadap-kebijakan-ekonomi-pol.pdf
Sofwana, Reza Langi. 2014. Gaya Kepemimpinan Politik
Joko Widodo (2005 – 2013). [online] Tersedia di: https://anzdoc.com/pendahuluan-grafindo-persada-2013-hlm-kartini-kartono-pemimp.html
Comments
Post a Comment