DILEMA
{scene
1 pemubukaan} Sebuah kisah dimana masa detik-detik kelulusan SMA menuju jenjang
pendidikan Perguruan Tinggi dengan seribu tanda tanya dipikiran setiap murid. Bel
pulang sekolah berbunyi, di kelas seorang siswi bernama Anin sedang memasukkan peralatan
dan perlengkapan sekolahnya untuk bergegas pulang. Darta seorang teman
kelasnya melihat Anin dari belakang dan mengamati sedikit ada
masalah di Anin.
(Darta dari bangku
belakang menghampirinya)
Darta :
“Lagi ngapain Nin? Kok langsung kelihatan bete setelah melihat kertas itu?”
Anin :
(menunjukan kertas pilihan fakultas kepada Darta) “Aku masih bingung Ta,
aku mesti masuk fakultas mana?”
Darta :
“Sudahlah, jangan terlalu diambil pusing. Tetap ikuti kata hatimu dan coba
kamu konsultasikan ke kedua orang tuamu.”
Anin :
“Aku sih pinginnya ikuti kata hati sendiri Ta. Tapi biasanya orang tuaku memaksa untuk menuruti omongan mereka.”
Darta :
“Ya, ini yang kuliah kamu apa orang tuamu? Coba saja bicara sama orang tuamu
dulu, biar lebih cerah gitu. Sudah jangan galau terus isinya.”
Anin :
“Iya nanti aku coba ngomong sama orang tuaku Ta. Ayo keluar keburu tutup
gerbangnya.”
Darta : “Yuk, mari.”
Kemudian,
mereka pulang ke rumah masing-masing. Dalam perjalanan Anin masih memikirkan
akan kemana Ia akan mendaftar kuliah dan jurusan apa. Setelah sampai dirumah
Anin menceritakan masalahnya kepada orang tuanya, seperti yang Anin kira orang
tuanya malah memaksamya untuk masuk jurusan yang bukan minatnya. Dengan perasaan bimbang dan sedikit kesal Anin meninggalkan orang tuanya. {2 BARU
ALESSO} Kemudian dia masuk ke kamar kakaknya. Pintu kamar terbanting keras. Di dalam Aldi memutar lagu keras
sekali.
Anin : “Di tanya pendapat kok malah orang yang di
marahi.”
Aldy :
(cuek dan tak menghiraukan Anin)
Anin
: “Kakak ini juga di ajak bicara malah orang di cuekin, orang di rumah ini memang gak ada
yang bener.” (memalingkan wajahnya dengan cemberut)
Aldy : “Kamu ini kenapa sih? Kamu sama Ayah dan Ibu gak ada bedanya, marah terus kerjanya. Hidup kok gak bahagia.”
Anin : “Aku bingung
kak, 2 hari lagi Anin harus memastikan
pilihan jurusan. Tapi Ayah dan Ibu malah maksa Anin masuk akuntansi padahal Anin
kan pingin psikologi. Aku harus gimana kak?”
Aldy : “Kalau hatimu
sudah yakin
buat masuk psikologi, ya sudah ikuti aja kata hatimu. Dari pada kamu ikutin Ayah sama Ibu nanti jadinya sama seperti kakak, males kuliah.”
Anin :
“Loh? Kakak kok ngomong begitu?”
Aldy :
“Kakak dulu itu pingin masuk DKV,
tapi Ayah sama Ibu itu mintanya kakak kuliah di teknik kimia.”
(tertawa
sinis) “Berhubung kakak anak yang baik jadi kakak turutin saja kemauan Ayah
sama Ibu, dan akhirnya jadi begini. Males kuliah, gak sreg soalnya.”
Anin : “Tapi kalau yang Anin harapkan gak sesuai gimana?”
Aldy : “Terserah kamu Nin” (menggaruk kepala) “Kakak sudah mengingatkanmu.
Kalau sudah yakin kenapa
harus bingung?”
Anin : “Iya iyaaa makasih.”
{3 KONFLIK} Keesokan
harinya di kelas Anin duduk sendiri wajahnya murung, mengerjakan soal latihan
sambil mendengarkan lagu, hatinya
masih penuh dengan kebingunan. Darta duduk menghampiri Anin. Anin menceritakan
kepada Darta tentang masalahnya, Darta tetap saja menyarankan agar tetap
meyakinkan orang tuanya. Bel pulang
terdengar, mereka
berdua bergegas pulang. Dalam hati, Anin berusaha agar dapat meyakinkan kedua orang
tuanya. Sampai di rumah Anin menjumpai Ayah dan Ibunya yang sedang mengobrol di ruang tamu.
Ayah : “Tumben kamu diam Nin, gak seperti biasanya?”
Ibu : “Anin juga biasanya diam pak, kok baru di tanya sekarang.”
Anin : “Aninnn…”
Ibu : (menyela pembicaraan, lalu
menepuk pundak anin secara perlahan) “Kamu
jadi milih akuntansi kan Nin?”
Ayah : (menganggukan kepala) “Hhmmmm ya pasti Anin milih akuntansi.”
Ibu : “Anin kan anak yang nurut sama orang tua, Anin juga selalu
membahagiakan orang
tua kan?”
“Kalau Anin mau sukses ya harus nurut sama orang tua.” (mengelus kepala anin)
Anin : “Ayah sama Ibu mau Anin sukses, tapi harus ya maksa Anin seperti ini?”
Ibu : “Ibu dan Ayah itu gak maksa Anin, Ayah & ibu itu mau Anin sukses. Lulus
kuliah dapat pekerjaan yang
jelas.”
Ayah : “Biar kamu itu gak jadi orang seperti kakakmu itu. Kerjanya
pulang malam terus. Kuliah gak lulus-lulus. Merepotkan orang tua saja.”
Anin : “Anin juga gak mau jadi seperti kakak Yah, Bu. Anin mau jadi diri Anin sendiri. Bisa bahagiakan Ayah sama Ibu dengan cara Anin sendiri.”
Ibu : “Kamu kok ngomongnya ngelantur gitu sih Nin. Inget kamu ini
ngomong sama
Ayah Ibumu bukan sama temanmu.”
Ayah : (berbicara dengan nada sedikit keras) “Bagaimana bisa kamu
membahagiakan Ayah
sama Ibu tapi kamu gak nurut. Kalau kamu gak sukses di kuliahmu nanti, kamu mau
jadi apa? Pengangguran
seperti kakakmu?”
Anin : “Kenapa Ayah sama Ibu ini gak bisa ngerti perasaan anaknya. Anin akan berusaha
yah, bu.”
Ibu : “Tapi Ninn…”
Anin : “Kalau Anin ini anak Ibu sama Ayah, harusnya Ibu sama Ayah percaya sama
kemampuan Anin. Bukannya malah buat Anin terdesak seperti ini.
Anin mampu
Yah, Bu, lagipula hasil itu berbanding lurus dengan
usaha.”
(Di sela pembicaraan, Aldy ikut bersuara dari
dalam kamar.)
Aldy : “Ayah, Ibu, jangan
berisik Aldy ini capek pingin tidur kok malah ribut di luar sih.”
Ayah : (berdiri dari tempat duduknya, berbicara keras) “Terserah kamu mau nurut kata
siapa Nin,
terserah kamu.”
Ibu : (menghampiri Ayah) “Pak sudah pak tenang.”
Anin : “Anin turuti kata hati Yah, Bu, kalau
itu pilihannya, Anin sudah yakin.”
Kedua orang tua
Anin
meninggalkan ruang tamu, meninggalkan Anin duduk sendirian menghadapi perasaan sedih
karena belum bisa meyakinkan kedua orang tuanya. Tapi keyakinan hatinya tetap
pada satu pilihan. Hingga akhirnya kedua orang tua Anin merelakan pilihannya untuk memilih fakultas
psikologi.
{4. COLDPLAY} (duduk
berdampingan, wajah Anin sedikit cerah)
Anin : “Ta.”
Darta : (membaca buku) “Hmmmm”.
Anin : “Taa.. dengerin aku dulu kenapa!”
Darta : (menutup buku lalu di letakkan) “Kenapa sih Nin?
Anin : “Ayah sama Ibuku sudah mengizinkan aku untuk milih fakultas
psikologi loh.”
Darta : “Ya bagus kan Nin setelah beberapa hari, akhirnya orang tuamu setuju sama pilihanmu.”
Anin : “Iyaa Ta, akhirnya aku gak perlu bingung lagi nentuin pilihanku.”
Darta : “Sekarang tinggal kamu
berusaha dan berdoa, nanti biar hasilnya Allah yang
menentukan. Semangat! Unas
h-50 dan SNMPTN udah h-3.”
Anin : “Sok ngasih semangat deh kamu Ta.”
Darta : “Yaelah.”
Beberapa hari
kemudian setelah Unas berlangsung, tiba saatnya hari pengumuman SNMPTN jalur
undangan untuk menuju ke Perguruan Tinggi. Semua siswa bergegas melihat dimana
ada tidaknya nama mereka di daftar penerimaan SNMPTN. Kecuali Anin yang sedang
duduk diam termenung didalam kelas.
Anin : (duduk diam didalam kelas)
Darta : (masuk kelas) “Nin, kamu
gak mau lihat hasil pengumumannya?
Anak-anak sudah
banyak yang tahu hasilnya.”
Anin : “Nanti dulu aja Ta. Aku nunggu sepi aja.”
Darta : “Itu sudah sepi Nin, ayo
lihat hasilmu. Kenapa sih kamu takut yaa?”
Anin : “Apaan sih Ta.. aku gak takut kok, cuman males aja liat ramai-ramai begitu.”
Darta : “Iya iyaa, ayo keluar.”
Mereka menuju
ke papan pengumuman, meskipun jalan dari kelasnya menuju
papan pengumuman dekat, tepi tetap saja membuat jantung Anin berdegup dengan
kencang. Setelah melihat
pengumuman tiba-tiba.
Anin : “Hiyeyy aku keterima SNMPTN psikologi akhirnyaa.”
Darta : “Wuih keren yaa kamu
keterima di fakultas yang kamu inginkan. Selamat ya.”
Anin : “Akhirnya.. Aku bahagia banget Ta.”
Darta : “Iya deh iya sekali lagi selamat ya, sudah kamu sekarang kabarkan berita ini ke
orang tuamu.”
Anin pulang ke
rumah dengan keadaan bahagia, di
jalan tak hentinya ia berterima kasih kepada Tuhan. Senyumnya masih terlihat di
jelas di wajahnya. Tak sabar untuk memberitahukan kabar gembira ini kepada
orang tuanya.
(anin tiba di
rumah)
Anin : “Yahh Anin keterima di fakultas psikologi yah.”
Ayah : (kaget) ”Bener
kamu keterima di fakultas psikologi??”
Anin : “Iya yah, Anin keterima!!
Ayah : (berteriak memanggil ibu) ”Buk, kesini buuuk. Cepat.”
Ibu : (berlari dengan terburu-buru) “Ada apa sih kok
teriak-teriak, malu sama tetangga.”
Anin : “Anin keterima di fakultas psikologi buuuukk..”
Ibu : “Apa?!!
Anin : “Iya Buuk, iyaa.”
Ibu :
“Alhamdulillah ya nak.”
(mereka bertiga
berpelukan bersama)
Dari kejauhan Darta
yang kebetulan melewati rumah Anin
melihat dan memberikan selamat dengan gerakan tangannya. {SELESAI 😃}
Pada akhirnya Anin bisa mewujudkan mimpinya
untuk kuliah di fakultas psikologi dan mampu membuktikan pada orang tuanya
bahwa dia bisa sukses dengan usahanya dan caranya sendiri.
Sinopsis
Anin, seorang murid SMA sedang bingung dengan jurusan
kuliah yang ingin dia masuki. Anin hanya seorang murid yang biasa-biasa, tapi
layaknya semua murid SMA Anin dihadapkan dengan pilihan yang dianggapnya sulit,
yaitu memilih jurusaan mana yang ingin dia masuki. Dia menceritakan masalahnya
tersebut kepada sahabatnya Darta. Darta menyarankan Anin untuk meminta pendapat
orang tuanya dahulu sebelum memutuskan ingin masuk jurusan apa. Anin menyetujui
saran Darta.
Bel pulang sekolah berbunyi dan Anin segera bergegas
pulang kerumah. Dirumah Ayah Anin sedang duduk di ruang tamu sambil meminum
segelas kopi dan membaca koran setelah pulang kerja. Anin bergegas ganti
pakaian dan segera membuka pembicaraan dengan Ayahnya perihal jurusa mana yan
akan Ia masuki. Perbincangan terjadi cukup lama dan orang tuanya memaksakan
agar Anin memasuki jurusan akuntansi yang peluang kerjanya menjanjikan, tapi
Anin sebenarnya ingin masuk psikologi dan perdebatan terus berlanjut. Di
sela-sela perdebatan yang panas kakak Anin, Aldy pulang dari kuliahnya dan
dengan semena-mena menyuruh orang tuanya untuk diam lalu pergi kekamarnya.
Anin yang sedang bimbang dan agak marah pergi
meninggalkan orang tuanya dan pergi masuk kedalam kamar kakaknya, didalam kamar
kakaknya Anin menceritakan masalahnya, dan kakaknya menanggapinya dengan cuek,
tapi kakaknya memeberi saran agar Anin tetap mengikuti keinginannya masuk
psikologi. Keesokan harinya di sekolah Anin menceritakan kejadian yang
menimpanya kemarin, tapi Darta tetap saja menyarankan Anin untuk tetap mencoba
meyakinkan orang tuanya. Dengan pasrah Anin menuruti perkataan Darta. Ketika
pulang sekolah, lagi-lagi Anin bergegas pulang untuk menemui orang tuanya.
Orang tua Anin yang kala itu sedang duduk diruang tamu
mengatakan bahwa Ayahnya baru saja bertemu dengan temannya yang memiliki anak
lulusan akuntansi dan Ayahnya menjelaskan bahwa lulusan akutansi itu sukses,
tapi tetap saja Anin bersikeras untuk masuk psikologi, karena lelah dengan Anin
orang tuanya meninggalkannya dan menuju ke kamar, sekali lagi Anin dilanda
dilema, tapi dia tetap yakin pada pilihannya untuk masuk psikologi. Ketika
hasil pengumuman SNMPTN keluar, Anin dan Darta pergi melihat hasil pengumuman
dan ternyata keduanya diterima di fakultas yang mereka inginkan dan Anin bisa
membuktikan pada orang tuanya bahwa dia mampu membahagiakan orang tuanya dengan
caranya sendiri.
Nb : scene 1, 2 alesso, 3 konflik dsb. adalah backsound lagu
Hasil dari Ujian Praktek SMA, 2015.
Dari kelompok : Glady Oralyanto , Lavenia Nadya, M. Zulfi Afriehaykal, Nitya Puspita, M zamzam syahara.
Comments
Post a Comment